Sosial Media Itu Seperti Candu

Pertama kali mengenal sosial media adalah saat saya masih sekolah menengah umum, sekitar tahun 2.000-an dan saya saat itu berumur kurang lebih 16 tahun. Saat itu, sosial media masih belum menguasai hidup banyak orang seperti sekarang. Namun, detik pertama saya mengenal sosail media, saat itu juga saya tahu bahwa teknologi ini akan membuat banyak perubahan di dunia ini. Warung internet masih sedikit dan warung internet mulai menjamur saat saya kuliah. Saya perna begadang semalaman diinternet hanya karena chatting dengan orang yang tidak saya kenal dimasa-masa saya kuliah.

Sosial media pertama yang saya pakai adalah Friendster, situs jejaring yang sekarang sudah menghilang karena kalah bersaing dengan sosial media yang lain. Dari sosial media, hidup saya mulai terkoneksi dengan teman-teman yang sudah lama tak saya dengar kabarnya. Tentunya ini sangat menyenangkan buat saya bisa menghilangkan sedikit kerinduan saya pada teman-teman lama. Kemudian munculah Facebook, MySpace, Youtube, Wiki, Blogger dan Twitter (mini blog), serta sosial media yang mungkin kini sudah jarang dipakai seperti Plurk.

Kemudian munculah, handphone Android dan I-Phone yang membunuh eksistensi Blackberry dan membuat warnet banyak yang tutup. Sosial media yang dulu sewajarnya hanya bisa dibuka di komputer kini berada didalam genggaman kita. Setiap saat, asal ada kuota atau WIFI, kita bisa langsur mengaksesnya. Apapun yang kita ingin lihat, bisa kita lihat dalam hitungan detik. Fantastis bukan?  

Sosail media pada akhirnya mengalahkan media cetak, televisi dan radio, meskipun semuanya tetap ada peminatnya. Yang menjadi keunggulan dari sosial media adalah terletak pada kecepatan dalam membagikan informasi sekalipun itu ada yang bukan informasi yang akurat (HOAX). Mempermuda komunikasi dengan orang-orang yang jauh. Sekarang, sosial mediapun sudah terhubung dengan situs berita, online shop, game dan bahkan akun resmi presidenpun bisa kita lihat dalam sekali geser. 

Jangan heran, kalau sekarang dimana-mana kita lihat orang sedang jalan tapi sibuk dengan handphonenya. Sedang kumpul dengan teman-teman malah asyik membalas komen di Facebook. Sedang makan di restoran, foto-foto makanan untuk di upload di Instagram. Seperti itulah sosial media menguasai hidup kebanyakan orang. Seperti candu yang mengikat. Pagi, siang, sore dan malam ada dalam genggaman kita. 

Untuk orang-orang pintar, sosial bisa mereka pakai untuk mencari duit. Promosi warung, promosi barang dagangan hingga kepentingan politik. Bahkan sekarang, banyak "bisnis" yang muncul karena keberadaan sosial media. Jangan kaget, dengan berita prostitusi online yang di promosikan lewat sosial media. Belum lagi, pembuatan berita hoax oleh SARACEM pada saat pilkada.

Kemajuan teknologi apapun tidak salah. Selalu ada dua sisi dalam kemajuan yaitu positif dan negatif. Tergantung dimana kamu memposisikan dirimu di dunia yang tidak eksis itu namun berpengaruh pada kehidupan di dunia nyata. Sosial media sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, maka kita pun harus mulai menyikapi dengan lebih bijak. Sosial media bisa kita jadikan sarana untuk pembelajaran dalam hidup, asal kita dapat mengotrol diri kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Tinggal Di Gading Nias Residence – Apartemen Paling Murah Di Kelapa Gading

Resensi Drama Korea Innocent Man (2012): Pengorbanan Dan Penghianatan Cinta

Hijo De La Luna “Putra Rembulan”