Prostitusi: Desakan Ekonomi, Kegagalan Pemerintah Menyejahterakan Rakyat Atau Mental?


Beberapa hari ini sedang heboh berita tentang prostitusi yang dilakukan oleh salah satu artis Indonesia dengan inisial VA. Artis ini tertangkap di Surabaya, diduga sedang melayani pelanggannnya, seorang kolomerat. VA tidak sendiri karena ada seorang model yang diduga juga menjadi pelaku prostitusi. Disebutkan bahwa VA dibayar sebesar 80 juta dan temannya 25 juta. 

Dari artike berjudul Mengapa Aku Jadi Pelacur yang saya baca (klik di sini), ada 3 alasan orang menjadi pekerja seks. Alasan tersebut antara lain: 

1. Jeratan perjualbelian wanita (human trafficking
2. Desakan ekonomi 
3. Ketidak mampuan negara 

Dari ketiga alasan, saya hanya bisa menerima satu alasan yaitu jeratan perjualbelian wanita (human trafficking). Seseorang yang sedang terjerat dan bukan karena suka rela melakukan pekerjaan sebagai pelaku prostitusi. Dimana dia tidak tahu akan dipekerjakan sebagai pelacur. Kalau dia sudah tahu akan dikerjakan sebagai pelacur dan tidak menolak maka itu tidak bisa disebut terjerat atau terjebak. 

Saya sedikit kurang bisa menerima dua alasan lainnya, desakan ekonomi dan ketidak mampuan negara. Karena tidak punya uang maka orang memilih menjadi PSK. Tidak ada lapangan pekerjaan maka orang menjadi pelacur. Kalau alasan tidak ada lapangan pekerja ataupun desakan ekonomi, bisa jadi pengangguran punya alasan besar untuk menjadi pelacur ataupun gigolo. Nyatanya, tidak semua pengangguran jadi pelaku prostitusi, bahkan yang pekerjaannya sudah bagus pun rela jual diri.

Sementara itu, jika kita menunjuk pemerintah yang dianggap tidak mampu melindungi fakir miskin dan anak terlantar dari prostitusi, saya rasa itu tidak benar. Kenyataanya, tidak semua orang miskin mau jadi pelacur atau gigolo. Bahkan, orang yang telah cukup uang pun tetap bertahan dengan nyaman melakoni profesi sebagai pelaku prostitusi. Saat ini sudah banyak yayasan yang sanggup untuk menampung anak terlantar. Hak-hak anak pun mendapat perlindungan dari negara lewat undang-undang perlindungan anak. 

Dengan demikian saya berpendapat, bahwa: 

1. Orang menjadi pelaku prostitusi tidak selalu karena dia miskin secara ekonomi, terbukti dari banyaknya artis yang berprofesi ganda sebagai pelaku prostitusi. Mereka dibayar puluhan juta. Apa menurutmu mereka hanya sekali dua kali melakukan pekerjaan itu sampai dapat modal buka usaha? Pikirlah sendiri. 
2. Bahkan orang miskin pun tidak mau menjadi pelacur. Ada yang tetap bekerja jadi asisten rumah tangga, ada yang tetap menjadi tukang ojek, ada yang jadi supir dan berbagai pekerjaan berpendapatan kecil lainnya. Lalu, apakah mereka bekerja dengan pendapatan kecil kemudian berfikiran untuk jadi pelaku prostitusi? 
3. Prostitusi menjadi cara termudah untuk mendapatkan uang bagi orang yang malas berusaha dan bekerja keras. Dapat uang cepat tanpa harus susah-susah berfikir atau bekeringat. Jadi apa pelaku pelacuran tidak selalu karena mereka miskin bisa jadi karena mental mereka memang mental pelacur. Saya mengartikan mental pelacur sebagai orang yang memiliki mental tidak mau susah, tidak mau berusaha dan tidak mau berfikir sehingga muda mengambil jalan pintas untuk mendapat apa yang dia mau (termasuk dibayar untuk melakukan yang salah). 
4. Keberadaan prostitusi bukanlah kesalahan pemerintahan dalam menyejahterakan rakyatnya. Faktanya negara kaya dan maju pun masih ada pelaku prostitusi. 

Saya tidak membenci pelacur tapi saya tidak menyukai alasan-alasan yang dibuat untuk membenarkan pelacuran. Buat saya... jangan menyalakan situasi atas pilihan hidupmu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Tinggal Di Gading Nias Residence – Apartemen Paling Murah Di Kelapa Gading

Resensi Drama Korea Innocent Man (2012): Pengorbanan Dan Penghianatan Cinta

Hijo De La Luna “Putra Rembulan”