Membandingkan Kritik Dan Nyinyir
Hal yang paling sulit untuk
dihindari adalah menerima komentar orang lain. Disini yang saya maksud adalah
komentar yang tidak kita minta dan tidak kita harapkan. Jadinya ada perasaan,
mengapa orang itu ikut campur sekali?
Kenapa orang itu nggak urus dirinya sendiri? Kenapa nggak ngaca dulu
sebelum komentar? Ya..., tapi dimana saja orang seperti itu ada, di Batu ada,
di Malang ada, di Bali ada dan di Jakarta juga ada orang dengan jenis seperti
ini πππππππ.
Lalu apakah orang seperti ini
harus dibinasakan dari muka bumi? Janganlah... jangan sadis... π
π
π
π
π
π
Orang seperti
ini tidak selalu jahat. Mereka memiliki rasa peduli yang berlebihan kepada kita
ataupun orang lain. Terkadang merekalah yang membuat kita melihat diri kita
dengan lebih baik. Mereka ingin menjadikan dunia ini menjadi lebih baik sekalipun
mereka tidak memiliki waktu untuk melihat kedalam diri sendiri.
Saya akan anggap komentar yang
tidak kita harapkan ini sebagai kritik dan yang lain sebagai nyinyir. Dikritik
dan dinyinyir itu sama-sama nggak enaknya. Walau sebetulnya kritik itu baik
untuk kita tapi kadang kita belum siap menerimanya. Kalau nyinyir lebih banyak
digunakan untuk menjatuhkan orang lain.
Tidak banyak orang bisa
membedakan antara kritik dan nyinyir. Padahal dengan mengetahui perbedaan dari
keduanya kita bisa menyaring perkataan dari orang, mana yang perlu didengar dan
mana yang tidak perlu didengar. Menerima kritik sebagai cara untuk mengoreksi
diri agar lebih baik. Untuk komentar yang nyinyir lebih baik tidak usah
disimpan dihati. Karena orang yang mengucapkan kata-kata nyinyir adalah orang
yang bodoh, mereka bisa melihat masalah tapi tidak bisa memberi solusi.
Perbedaan dari kritik dan nyinyir
menurut saya terlihat dari tujuan dan maksud. Kalau kritik bisa membuat orang
yang mendengar kritikan menjadi lebih maju. Sementara nyinyir tujuannya adalah
untuk menyakiti orang lain dan juga mempermalukan orang lain. Jelas sekali beda
tujuan dan maksudnya. Yang satu memajukan dan yang lain menghancurkan.
Contohnya..., seorang teman di siang hari dan cuaca panas mengenakan baju warna
hitam. Lalu ada temen lain yang suka berkomentar. Teman yang A mengatakan “ih,
kampungan... siang-siang bolong gini pakai baju item-item kaya mau ke pemakaman
aja...!”. Dan teman yang B mengatakan “ cuaca panas gini kurang cocok pakai
baju hitam, lebih baik pakai baju yang menyerap panas”. Bisa dilihat perbedaannya
kan? Teman A hanya melontarkan kata yang menyakitkan telinga yang mungkin dia
anggap lucu. Sementara teman B memberikan kritik beserta solusinya.
Apapun komentar orang, kita
memang tidak bisa menghindari. Yang terbaik adalah kitalah yang memutuskan
perlu tidaknya menanggapi komentar orang lain. Mau cuek atau dimasuk kan ke
hati atau mau marah. Menerima kritik orang lain secara positif sama dengan
menerima nasehat dan masukan. Sementara untuk orang yang suka nyinyir, abaikan
saja dan jangan peduli.
Sedangkan untuk diri kita
sendiri, kita pun perlu belajar untuk tidak suka nyinyir. Berfikir perlu
tidaknya kita melontarkan kalimat negatif pada orang lain. Jangan sampai kata
yang kita ucapkan suatu hari akan membuat diri kita sendiri hancur. Kalaupun kita
mengkritik seseorang, pastikan memang orang tersebut membutuhkan kritik dan
saran kita. Jika tidak perlu, kenapa kita tidak belajar untuk mengunci mulut
saja?
Komentar
Posting Komentar
THANK YOU BUAT KOMENTARNYA :)