Putri Kecil Saya dan Mata Malas: Pertemuan Pertama Dengan Dokter Spesialis Mata Anak
Ini bukan pertama kali mata anak
saya diperiksa oleh dokter spesialis mata. Sebelumnya, mata anak saya sudah dua
kali diperiksa oleh dokter spesialis mata. Perbedaanya kali ini, mata anak saya
diperiksa oleh dokter spesialis mata anak. Jadi, benar-benar untuk anak.
Di hari pemeriksaan, saya membawa
anak saya ke rumah sakit khusus mata di daerah Menteng. Kami hanya berdua,
karena papanya kerja. Ini pertama kalinya saya ke rumah sakit mata ini. Secara
keseluruhan rumah sakit ini seperti rumah sakit pada umumnya. Perbedaannya
rumah sakit ini memang khusus untuk menangani masalah kesehatan mata.
Saya sudah membuat janji temu
dokter sekitar dua minggu sebelumnya. Saya menjalani proses pendataan untuk
putri saya karena baru pertama kali memeriksakan mata di rumah sakit tersebut.
Prosesnya tidak lama walaupun antrian cukup padat hari itu.
Setelah proses pendataan selesai,
saya diarahkan menuju ruang pemeriksaanan yang ada di lantai 3 atau 4, saya
tidak ingat. Di ruang pemeriksaan ini, ada beberapa meja dengan petugas
pemeriksa mata. Dimasing-masing meja ada alat untuk memeriksa mata, entah alat
apa itu. Jadi, ini adalah pemeriksaan awal sebelum masuk ke ruang dokter mata
anak.
Jika saya perhatikan, sebetulnya
klinik mata ini kurang ramah untuk anak dan tidak sesuai dengan bayangan saya.
Saya membayangkan bahwa klinik mata ini akan didesain menyenangkan untuk anak
tapi saya perhatikan tempat ini sama sekali kurang menyenangkan untuk
anak-anak. Atau saya yang tidak tahu ada tempat tunggu khusus untuk anak-anak
agar mereka tidak bosan. Saat menunggu giliran dipanggil ke ruang pemeriksaan dokter mata, anak saya terlihat cukup bosan.
Giliran anak saya pun tiba, saya
cukup deg-degan. Berharap tidak ada masalah pada anak saya. Dokter langsung
memeriksa mata anak saya. Kali ini dengan Snellen Chart namun dengan gambar dan
bentuk. Tanpa kacamata anak saya, hanya bisa membaca sampai baris ke tiga Snellen Chart. Saat
diberi bantuan kacamata. Mata anak saya tetap hanya mampu membaca sampai baris
ke tiga Snellen Chart. Inilah masalah mata anak saya, mata malas.
Pemeriksaan mata anak saya di
dokter selesai. Beliau langsung menjelaskan, bahwa masalah mata anak ada dua
penyebabnya. Pertama, karena keturunan dan yang kedua, karena gaya hidup seperti
suka main handphone, nonton TV terlalu banyak dan cara membaca yang salah.
Bukan hal yang mengejutkan bahwa orang tua akan menolak gangguan mata pada
anaknya. Saya juga awalnya sulit untuk menerima gangguan mata anak saya, karena anak saya bukan pecandu handphone. Dia nonton televisi sewajarnya. Mungkin karena anak saya suka baca buku.
Dokter menunjukkan hasil
pemeriksaan bahwa mata anak kanan -5,5 dan kiri -4,5. Juga ada silinder 1,5 dikedua matanya. Untuk
lebih memastikan keakuratan hasil pemeriksaan mata, anak saya dicek sekali lagi
matanya. Kali ini, mata anak saya akan diberikan obat tetes mata yang akan
memperlebar pupil matanya. Secara fisik, mata anak saya baik. Syarafnya
sempurna, tidak ada katarak dan korneanya juga tidak ada masalah. Dari pemeriksaan
ini, anak saya didiagnosis dengan gangguan pengelihatan mata malas dan anak
saya harus menggunakan kacamata sesuai resep.
Anak saya yang baru berusia empat tahun, selanjutnya harus memakai kacamata. Dokter juga meresepkan vitamin mata yang diminum sehari sekali. Bukan hanya itu, dokter memberi selembar kertas kecil yang berisi anjuran agar minus pada mata tidak bertambah. Dalam waktu tiga bulan, saya dan anak saya akan kembali untuk melihat perkembangan matanya.
Dokter mata anak yang saya pilih
ini adalah dokter mata anak yang direkomendasikan oleh dokter mata lain. Namun,
saya sedikit tidak nyaman. Dokter ini terlihat sedikit kurang sabar dan
terlihat tidak terlalu bisa membuat anak saya maupun saya sebagai orang tua menjadi
nyaman. Tapi, sekali lagi karena direkomendasikan oleh dokter mata lainnya,
saya tetap mempercayakan penanganan mata anak saya pada dokter mata anak ini.
Komentar
Posting Komentar
THANK YOU BUAT KOMENTARNYA :)